Ditulis karena beberapa gerah yang membakar kepala sebab banyaknya kasus kematian saat mendaki gunung dalam tiga bulan terakhir. Tulisan ini lumayan panjang, bagi yang tak betah langsung saja tinggalkan. Saya tak memaksa masyarakat menjadi pintar, silahkan bodoh dengan cara sendiri, lalu nikmati.

Pendakian gunung telah menjadi hal yang lumrah dalam beberapa tahun terakhir. Semakin sporadisnya pendakian disebabkan oleh mudahnya arus informasi, diobralnya moda transportasi, dan meledaknya agen perjalanan yang menawarkan kemudahan. Gunung tak lagi menjadi tempat yang eksklusif, semua bisa kesana dan semua bisa menjamahnya. Namun sangat disayangkan, keinginan untuk menikmati alam, khususnya gunung tidak disertai oleh pengetahuan navigasi yang setimpal, persiapan logistik yang memadai, dan perlengkapan standar pendakian.
semeruPara pendaki anyaran kini seperti pelacur yang menjajakan dan melelang tubuh mereka kepada setiap gunung di Indonesia. Semua cuma demi eksistensi diri. Menjadi selebriti dadakan setelah mengupload foto di jejaring sosial atau situs pribadi yang sebagian besar masih numpang portal gratisan. Beragam pertanyaan berebut, jawaban sekenanya disebut. Sekarang gunung seakan menjadi tempat ajang antar nyawa. Dalam tiga bulan terakhir, telah tercatat beberapa kematian akibat pendakian, diantaranya adalah:

1. Cipto Diyono (60 tahun), asal Dusun Jenak, Desa Ngargoyoso, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar ditemukan tewas oleh seorang warga yang sedang mencari rumput di pos 3 pendakian Gunung Lawu, Karanganyar, Jateng pada Tanggal 11 November 2013.

2. Joan Tobit Sigalingging (23 tahun), mahasiswa tingkat akhir jurusan Oseanografi Institut Teknologi Bandung (ITB) meninggal di sebelah barat daya Gunung Kendang, Kabupaten Bandung. Jenazahnya ditemukan senin pagi 25 November 2013 setelah dikabarkan hilang selama hampir sebulan. Lokasi penemuannya terletak di tebing curam dengan kemiringan lereng sekitar 60-70 derajat pada ketinggian sekitar 2.100-2.200 mdpl.

3. Shizuko Rizmadhani (16 tahun), siswi SMA Negeri 6 Bekasi, diketahui meninggal Selasa 24 Desember malam. Korban tewas di Kandang Batu, ketinggian 2.220 mdpl di pos pendakian menjelang puncak Gunung Gede Pangrango, Cianjur, Jawa Barat. Penyebab kematiannya karena terserang hipotermia atau kehilangan suhu panas tubuh akibat basah dan kedinginan.

4. Sehari berikutnya, Endang Hidayat (53 tahun), warga Sepanjang Jaya Rawa Lumbu, Bekasi. Dinyatakan meninggal saat mendaki Gunung Semeru. Korban dilaporkan meninggal dunia sekitar pukul 18.00 WIB di Pos Waturejeng, ketinggian sekitar 2.300 mdpl. Endang diketahui mengalami serangan jatung, bahkan sempat mengalami kejang.

5. Berselang empat hari setelah kabar duka dari Semeru, Gatot Handoko (40 tahun), wisatawan asal Singaraja, Bali, dinyatakan tewas setelah sempat mengeluhkan sakit di dadanya saat pendakian ke Gunung Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur. Nyawa korban tak terselamatkan saat dilarikan ke RS Blambangan yang berjarak 20 km dari pos pendakian pertama Paltuding.

6. Helmi Dwi Apriyanto (19 tahun), mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta tewas saat melakukan pendakian di Gunung Salak, selasa 21 Januari 2014. Sebelum mengembuskan nafas terakhirnya, korban sempat menderita sakit saat berada di puncak Salak. Diduga ia tidak kuat menahan udara dingin.

7. Yang terakhir adalah Alief Hazen Rahmansyah (23 tahun) warga jalan Pahlawan, Gresik dan Dian Meitami (19 tahun) warga Karang menjangan, Surabaya. Keduanya adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia) Surabaya. Mereka ditemukan tidak bernyawa di lereng lembah barat antara Gunung Kembar, Gunung Welirang, Jawa Timur Senin 27 Januari.
oro-oro omboSebagian besar korban kecelakaan di gunung yang disebutkan diatas terjadi karena para pendaki tolol cenderung meremehkan, tidak mengikuti prosedur, tersesat karena tidak melewati jalur resmi, tidak melapor/mengurus Simaksi, melanggar peraturan, tidak membekali diri dengan pengetahuan dasar pendakian, tidak membawa logistik yang memadai, dan terakhir tidak mengikuti ritme pendakian atau aklimatisasi.

Entah apa yang ada di pikiran mereka ketika berani menginjakkan kaki dan melakukan pendakian sedangkan otak masih kosong tanpa mengerti apa itu persiapan pendakian. Gunung bukanlah tempat yang bisa didatangi seenak hati, untuk itu perlu adanya sebuah manajemen perjalanan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Hal ini penting dilakukan untuk meminimalisir resiko dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama berkegiatan.

PERENCANAAN PERJALANAN
1. Mempelajari tempat tujuan
Mencari informasi tentang tujuan merupakan tahap paling awal sebelum melakukan perjalanan. Sangat penting sekali mengenal daerah yang akan dituju. Informasi bisa didapat dengan cara studi literatur ataupun bertanya ke pihak yang pernah berkegiatan di tempat tersebut.

Dalam mempelajari tempat tujuan, buatlah peta lintasan dan pertimbangkan rute mana yang akan dipilih. Peta ini memberikan informasi tentang jalur lintasan yang digunakan, shelter peristirahatan dan tempat camp. Cantumkan juga tempat terdapat sumber air, daerah-daerah yang berbahaya dan kendala yang mungkin terjadi selama perjalanan. Informasi lain yang dibutuhkan adalah keadaan umum daerah, seperti keadaan geografis (suhu, iklim, flora, fauna), sosial masyarakat (ekonomi, adat istiadat/kepercayaan masyarakat sekitar) dan Informasi penunjang seperti alternative transportasi menuju lokasi, tempat perijinan, tempat kesehatan, hal-hal yang menunjang komunikasi (lisrik, sinyal) dan jalur evakuasi, yaitu jalur tercepat yang bisa ditempuh untuk membawa korban apabila terjadi kecelakaan.

2. Merencanakan time schedule dan waktu perjalanan
Setelah mempelajari lokasi tujuan, langkah selanjutnya adalah memperkirakan waktu perjalanan. Rincian waktu yang dibuat mulai dari berangkat, lama di perjalanan, hingga kembali. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jumlah logistik maupun perlengkapan yang akan dibawa. Hal lain yang harus diperhatikan adalah musim pada saat pelaksanaan perjalanan.

3. Mempersiapkan fisik dan mental
Dibutuhkan stamina yang fit dan kondisi badan yang baik dalam mendaki gunung. Ada baiknya berolahraga secara rutin dan teratur  beberapa minggu sebelum hari pendakian, jangan lupa juga untuk menyeimbangkan waktu istirahat. Kondisi mental juga sangat berpengaruh dan mutlak diperlukan. Jangan anggap enteng perjalanan, perbuatan nekad sering terjadi karena ketegangan, merasa kuat, sok, dan panik. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah proses aklimatisasi (penyesuaian suhu tubuh terhadap lingkungan), karena seringkali sebuah perjalanan di alam terbuka akan berhadapan dengan suhu lingkungan yang ekstrim.

4. Memanajemen logistik yang akan dibawa
Fungsi dari managemen logistik adalah mengefektifkan perbekalan selama perjalanan sehingga tidak menambah berat beban bawaan, namun mencukupi kebutuhan gizi dalam tubuh. Beberapa syarat makanan yang perlu diperhatikan adalah mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang cukup, tahan lama, siap pakai, tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar. Jangan membawa dan mengonsumsi minuman beralkohol karena meskipun hangat namun dapat memicu pecahnya kapiler darah karena terlalu cepatnya kapiler darah memuai dalam tubuh.

Kalori yang dibutuhkan juga sebaiknya diperhatikan. Jumlah kalori setiap orangnya bervariasi tergantung jenis kelamin, lamanya perjalanan, aktivitas apa saja yang akan dilakukan (pendakian konvensional atau pembukaan jalur), serta keadaan medan yang akan dihadapi. Secara umum kebutuhan kalori dalam mendaki gunung adalah 3.000 kilo kalori untuk laki-laki dan 2.600 kilo kalori untuk perempuan. Untuk pemenuhan kalori tersebut, dibutuhkan bahan makanan dengan komposisi Karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%, dan protein sebanyak 10-15% dari total kebutuhan energi.

Total air yang dibawa, tergantung pada lamanya perjalanan dan lokasi yang dituju. Apabila di suatu daerah terdapat mata air  maka bisa mengisi ulang tempat air yang kita bawa. Ini akan mempermudah pergerakan dan menjadikan beban yang kita bawa lebih ringan. Namun jika di sepanjang perjalanan hampir tidak ditemukan mata air, maka air dibawa seluruhnya dari start perjalanan kita atau dari sumber mata air terakhir yang ditemukan. Kebutuhan air dalam pendakian setiap harinya adalah air selama perjalanan 800 mililiter, air minum setelah makan 200 mililiter, air untuk memasak nasi 200 mililiter, air untuk memasak sayur (jika ada) 200 mililiter, air untuk kebutuhan camp 600 mililiter, dan air untuk back up sebanyak 800 mililiter.

Selain menghitung kebutuhan bahan makanan dan air selama perjalanan, yang tidak kalah pentingnya adalah perhitungan kebutuhan bahan bakar yang akan dibawa dan dipergunakan nantinya. Bahan bakar bisa berupa gas dan spiritus cair maupun gel. Perhitungan kebutuhan bahan bakar bervariasi tergantung berapa kali digunakan dan jenis bahan bakarnya.

5. Mempersiapkan Perlengkapan
Keberhasilan suatu perjalanan di alam bebas ditentukan juga oleh perbekalan dan perlengkapan yang tepat. Peralatan yang umum dibawa para pendaki biasanya dibagi menjadi perlengkapan dalam perjalanan, pakaian hangat, perlengkapan tidur, perlengkapan memasak, alat komunikasi, alat dokumentasi dan standar kebutuhan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

Perlengkapan dalam perjalanan

– Carrier
Sebaiknya memakai carrier yang nyaman dipakai. Lebih baik jika mempunyai rangka, agar berat beban merata dan seimbang. Memiliki ruang ventilasi antara tubuh/punggung dengan ransel. Praktis, dengan kantung-kantung tambahan serta pembagian ruangan yang dapat memudahkan untuk mengambil barang-barang tertentu. Dan yang terakhir harus Kuat, mampu membawa beban dengan aman, tidak mudah robek, jahitannya tidak mudah lepas, zippernya cukup kokoh, dan terbuat dari bahan yang water proof.
– Sepatu
Untuk medan gunung hutan diperlukan sepatu yang melindungi sampai ke mata kaki, tidak mudah sobek, lunak bagian di dalam dan masih memberikan ruang bagi gerak kaki, keras bagian depan untuk melindungi jari kaki (tidak dianjurkan memakai sepatu yang bagian depan dilapisi besi, selain berat juga akan merusak jari kaki jika ada perubahan suhu), bentuk sol bawahnya harus dapat “menggigit” tanah ke segala arah, dan ada lubang ventilasi sehingga air dan udara bisa lewat untuk pernafasan kulit telapak kaki.
– Celana lapangan
celana lapangan yang dipilih hendaknya tidak mengganggu gerakan kaki (penggunaan jeans sangat tidak dianjurkan, selain menyerap dingin, bahan jeans yang berat dapat membuat tubuh cepat lelah), mudah kering (jika basah tidak menambah berat), terbuat dari bahan yang menyerap keringat, dan disarankan untuk menggunakan celana panjang.
– Baju lapangan
Hendaknya dapat melindungi tubuh dari kondisi sekitar, kuat, ringan, terbuat dari bahan yang menyerap keringat, mudah kering dan disarankan untuk menggunakan lengan panjang.
– Kaos kaki dan sarung tangan
Kaos kaki berfungsi sebagai pelindung kulit kaki dari gesekan sepatu. Sebaiknya menggunakan bahan yang terbuat dari wol agar tetap hangat pada daerah yang dingin.
– Peralatan navigasi
Kompas, peta, penggaris, busur derajat (protactor), alat tulis, dan Global Positioning System (GPS).
– Survival kit
Korek api, lilin, jarum jahit dan benang, kantong plastik, peniti dalam berbagai ukuran, senter atau headlamp, peluit, pisau (pisau lipat, pisau tebas), dan raincoat.

Pakaian hangat

– Jaket
Jaket digunakan untuk melindungi diri dari dingin, sengatan matahari atau hujan. Akan sangat baik bila jaket memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin.
– Syal atau slayer
Dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival, dan baik digunakan untuk perban darurat ketika dalam keadaan darurat.

Peralatan tidur

Satu set pakaian tidur, Kaos kaki, Sleeping bag, Matras dan Tenda.

Perlengkapan masak

Terdiri dari alat-alat makan (sendok, piring, gelas), Alat masak (nesting, trangia, kompor, gas, minyak tanah, spritus), dan tempat air minum.

Alat komunikasi dan alat dokumentasi.

Kamera, Handy Talky (HT), ataupun HP satelit jika daerahnya tak terdapat sinyal telekomunikasi

6. Menyediakan segala kebutuhan administrasi
Setiap daerah mempunyai peraturan perijinan yang berbeda. Izin ini tergantung juga pada sifat kegiatan yang akan dilakukan, apakah untuk penelitian, wisata, pembuatan film, atau petualangan. Surat-menyurat yang diperlukan dalam perjalanan kegiatan alam bebas antara lain surat pengantar dari lembaga terkait, surat ijin kegiatan (Kepolisian atau bakesbang), surat ijin masuk kawasan (SIMAKSI), Kartu Tanda Penduduk dan surat keterangan sehat dari dokter.
savanaPELAKSANAAN
Pada saat melakukan pendakian hendaknya memperhatikan beberapa aspek penting berikut:
– Melapor pada pos pendakian
Sebelum pendakian dilakukan, melapor dan memperoleh izin dari pihak-pihak terkait terutama di pos pendakian adalah hal yang wajib hukumnya. Di pos pendakian, isilah buku tamu dengan mencantumkan lama pendakian, alamat lengkap dan nomor telepon keluarga atau teman yang dapat dihubungi bila terjadi musibah di gunung. Setelah kembali (turun) dari mendaki gunung jangan lupa untuk melapor kembali ke Pos Pendakian.
– Jangan melakukan pendakian seorang diri.
Lakukan pendakian dalam group dan jangan pernah terpisah. Ketika mendaki secara berkelompok, kemampuan baik fisik dan emosional tiap orang akan berbeda-beda. Ada yang fisik dan staminanya luar biasa dan ada juga sebaliknya. Ada yang ketenangan dan kematangannya mungkin lebih baik dalam menghadapi tekanan dibanding yang lain. Jaga kebersamaan saat mendaki. Usahakan menunggu jika ada tim yang tercecer di belakang. Kasus hilang di gunung sebagian besar karena tersesat dan memisahkan diri dari rombongan.
– Hindari mendaki pada malam hari
Selain berbahaya untuk pergerakan, kebanyakan hewan buas juga aktif pada malam hari (nocturnal). Salah satu cara agar terhindar dari ancaman hewan buas adalah mendaki pada pagi atau siang hari. Hentikan segala aktivitas pendakian pada malam hari untuk meminimalisir resiko bertemu hewan buas.
– Ikuti jalur yang sudah ada.
Jalur pendakian di setiap gunung yang umum didaki biasanya jelas dan terlihat. Tetap ikuti jalur dan jangan pernah memilih jalan lain. Jika melewati percabangan yang membingungkan dan tidak yakin dengan jalur mana yang mesti diambil, pasanglah tali berwarna sebagai penanda. Jika ternyata jalur yang dipilih salah maka dapat kembali ke persimpangan awal, namun jangan lupa untuk mencabut kembali penanda yang telah dipasang.
– Jangan memaksakan diri.
Tidak ada yang salah jika merasa lelah. Mendaki gunung bukanlah ajang untuk kuat-kuatan, fisik seseorang memang beragam. Beristirahatlah jika memang diperlukan. jika sedang dalam perjalanan, minta ketua rombongan untuk berhenti. Sekali lagi, jangan terpisah dan membiarkan yang lain melanjutkan perjalanan sedangkan kamu sedang istirahat.
– Jangan merusak
Selama pendakian hindari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak keindahan dan keseimbangan alam seperti menebang tumbuhan sembarangan, melakukan aksi coret-coret (vandalisme), menangkap hewan, memetik bunga (seperti edelweiss), maupun membuang sampah non-organik terutama sampah plastik yang dihasilkan selama pendakian. Sampah hendaknya dikumpulkan dalam kantong plastik, dibawa turun dan dibuang di tempat sampah yang terdapat di pos pendakian.
ranu kumboloPASCA PELAKSANAAN
Jangan meremehkan evaluasi, selalu lakukan evaluasi kegiatan setiap harinya ketika mendaki maupun setelah kegiatan selesai. Hal ini penting untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan agar tak lagi terulang ketika akan melakukan perjalanan selanjutnya.
oroSekian beberapa persiapan dasar yang harus diperhatikan dalam melakukan pendakian. Ingat, PERSIAPAN DASAR, masih ada beberapa pengetahuan lain yang harus dipelajari, diantaranya packing, mengenal karakteristik dan kontur gunung, ilmu mountaineering, navigasi, pertolongan pertama, SAR dan evakuasi, jenis-jenis penyakit gunung, dan beberapa cara survival.

Jangan mau mati di gunung.
Jangan ada lagi korban yang terenggut, jangan ada lagi nyawa yang melayang.
Terakhir, It is not the mountain we conquer, but ourselves. Bukan gunung yang kita taklukkan, tapi diri kita sendiri.
mahameru

162 thoughts on “Jangan Mau Mati Di Gunung”

    1. salam kenal mas umar, tak ada yang namanya tingkatan pro atau newbie dalam berjalan, karena traveling bukanlah ajang untuk keren-kerenan atau sombong-sombongan. semua sama dan saya juga masih dalam tahap belajar. terimakasih sudah bersedia mampir 🙂

      1. ada satu hal yg sy blum cukup paham, bagaimana seharusnya traveler mengatur keuangan ?, adakah yg membedakan pada hobby ini ?, mengingat agenda dan spot yg dikunjungi tidak murah.. 😀

        1. jika seseorang menjadikan traveling sebagai hobby, maka prinsip mengatur keuangannya sama dengan hoby lain, menabunglah..
          jika dia menjadikan traveling sebagai pekerjaan dan hidup, maka carilah penghasilan dari sana, bisa sebagai guide, atau membuka jasa tour, atau menulis, membuat video perjalanan yang bisa dijual, bermacam cara, jadi kreatiflah..

  1. Terima kasih. Tulisannya informatif, penting dibaca untuk siapa saja yang berencana mendaki ataupun pernah mendaki namun belum tahu banyak apa yg sebenarnya perlu dipersiapkan.
    Namun menurut saya akan lebih baik jika tidak memberikan predikat ‘pendaki tolol’. Memang belum semua orang paham, mungkin mereka kurang bijak dalam mempersiapkan pendakian. Tanpa menyebutkan orang2 itu ‘tolol’ seseungguhnya tidak mengurangi inti dari tulisan anda jika niatnya ingin membantu dan memberikan informasi. IMHO. 🙂

    1. makasih sarannya mbak 🙂
      maafin tulisan saya yang kurang dewasa,
      masih dalam suasana “mangkel” karna banyaknya orang yang menganggap remeh naik gunung,
      padahal sebenernya sangat bahaya kalo tanpa persiapan
      semoga tak ada lagi korban saat pendakian, apapun itu sebabnya

        1. bener, seharusnya penonton indonesia bisa lebih bijak menyikapi film yang notabene tujuannya adalah “penjualan” bukan “pendidikan” naik gunung

  2. Thanks infonya…realy usefull for me. Sekedar tambahan, mungkin kita harus tahu musim juga kali ya ? bukan musim kawin maksudnya #abaikan tapi cuaca pada saat pendakian, apalagi pemula kayak saya, mungkin hal yg konyol kalo mendaki pada saat musim ga bersahabat. Dan saya sangat setuju dengan “EVALUASI” and i did it. Sekali lagi thanks mas, artikelnya informatif.

    1. bener mbak, musim juga harus diperhatikan, apalagi saat pendakian musim hujan, bahanyanya banyak, selain jalanan yang licin, resiko kena badai dan longsor, juga bakal lebih rentan terkena hipotermia.
      evaluasi bukan masalah mencari siapa yang salah dan benar, tapi apa yang salah, dan belajarlah dari itu
      so, jangan takut buat mengevaluasi diri 🙂

  3. Wah, lengkap nih infonya. Pertama kali naik gunung ke Semeru dulu, persiapan sudah cukup matang, fisik lagi sehat2nya, alhamdulillah lancar. Paling cuma pegel waktu pulang. Hahaha..

  4. informasi ini sangat bermanfaat apalagi bagi saya yang memang senang dengan pendakian, oke gan hal ini akan saya ingat. thanks lot….

  5. “It is not the mountain we conquer, but ourselves”

    Jadi teringat pendakian ke Rinjani awal Mei 2013 kemarin, saat itu seorang teman yg dalam kondisi badan kurang fit memaksa untuk meneruskan pendakian (menuruni tebing menuju danau segara anakan).

    Saat itu kami gammang antara melanjutkan perjalanan (sesuai target) atau kembali, krn yg bersangkutan sendiri memaksa u/ tetap melanjutkan perjalanan sesuai rencana.

    Dan salah-satu sobat pendaki di Rinjani, berkata
    “Gunungnya tidak kemana-mana, jika kita memaksa, kita yang kemana-mana”.

    Hasilnya, sy putuskan untuk kembali (krn kebetulan sy leadernya), kami naik lagi ke plawangan sembalun dan nenda semalam disana, baru keesokan harinya kami turun lewat jalan yg sama saat berangkat.

    Kami mungkin tidak memperoleh pendakian seperti yg kami targetkan, tapi kami mendapatkan persahabatan dan kebersamaan yang tak mungkin terlupakan dan pupus oleh waktu.

    Love Mountain but we mostly love a Friendship

    1. keputusan yang bagus, emang sebagai leader kita harus lebih memperhatikan kondisi teman-teman yang lain, bukankah untuk itu leader ditunjuk?
      selalu ingat, puncak bukanlah segalanya, hikmah dari perjalanan itu sendiri yang harusnya bijak diambil

  6. mantap sekali informasinya ini mas.. sangat berharga dan bermanfaat.
    semoga kedepannya tidak ada lagi korbn di gunung.. amin

  7. Itulah yang buat aku takut naik gunung, belajar naik ke papandayan ajah udah kedinginan luar biasa. Mau mendaki lagi tapi nanti deh… nunggu siap dan kuat dingin 😉

    nice post dari pribadi yg lebih suka pantai!!

    1. naaah, makanya itu
      saya aja yang lebih senang ke pantai ngerti bagaimana harus melakukan persiapan pendakian
      masak para pendaki yang emang hobinya ndaki gunung malah banyak yang meremehkan -__-
      apakah sudah mati rasa karena terbiasa?

  8. keren mas tulisannya! infonya mantap!
    mereka yg tersesat sudah terlanjur panik dan tidak menggunakan STOP 🙁 semoga arwah para pendaki yg meninggal itu, diterima disisi Allah :’) aamiin
    tulisannya lanjut lg mas sama materi-materinya :p

    1. siaaaapp, semoga nanti bisa dilanjut sama beberapa materi yang saya bisa (maklum, gak terlalu expert mendaki)
      marilah kita sama-sama berdoa dan belajar dari para korban
      agar kematiannya tak sia-sia

  9. keren tulisannya brow…semoga dibaca sma org dan sangat memahaminya…..”gunung tidak untuk ditaklukan so…jgn mati sia-sia karna kurangnya persiapan diri”

  10. woww…keren banget infonya mas, apalagi buat saya yg newbie traveler dan bercita2 pengen naik gunung hehee…makasih banyak yaaa 😀

  11. informasi yang menyuguhkan kesiapan dan ketegasan mental buat seorang pendaki ..
    namun hal seperti ini yang sering diremehkan oleh banyak orang terutama oleh pendaki anyaran
    terima kasih informasinya semoga berguna bagi kita semua…

    1. kesiapan sebelum melakukan pendakian adalah harus, sedangkan ketegasan dalam mengambil setiap keputusan selama perjalanan adalah wajib
      jangan pernah meremehkan alam, dia sudah hidup jauh lebih lama dari kita 🙂

  12. salut buat mas nya….informasinya sangat berguna bagi semua pihak yang suka mendaki…detail mpe merencanakan manajemen logistik….pas q naik ke Gunung Arjuno (walaupun ndak sampe puncak), logistik hanya perkiraan saja…dan emang kebetulan dekat ma sumber air…overall, makasih informasinya…^_^

    1. jangan diperkirakan, semuanya sudah ada perhitungan
      saya juga diajarkan seperti itu, gak ada salahnya jika berbagi informasi kepada sesama penggiat alam bebas
      semoga bermanfaat

  13. Ijin share Mas, Informasinya lengkap. Semoga dengan berbagai kejadian yang telah lalu, para penggiat kegiatan di alam bebas terutama di Gunung Hutan akan semakin waspada dan berhati-hati. Lebih mempersiapkan diri baik Fisik, Pengetahuan, Skill dan Doa biar di berikan keselamatan dan kelancaran. Ingat Jangan pernah meninggalkan sampah dan Nyawamu di Gunung. Safety…Safety.. Safety first, than Go Wild.

  14. thanks untuk tulisannya yang sangat informatif,,,,,, pada dasarnya tujuan mendaki bukan untuk menaklukan puncak2 tertinggi ,,,, puncak hanyalah sebuah bonus yang penting adalah membawa teman dan diri sendiri untuk selamat sampai rumah,,,, jangan pernah menyepelahkan alam karena karakter alam tidak bisa ditebak walaupun kita sudah berkali2 mengunjungi tempat itu,,,, berbagi pengalaman sedikit ketika saya ke semeru beberapa tahun yang lalu ternyata webbing juga sangat penting sebagai perlengkapan pendakian karena webbing itulah yang membuat saya mampu menyelelamatkan dan membawa turun teman saya dari puncak akibat terjatuh dan pingsan,,,,, kiranya kita tidak boleh menyepelekan hal sekecil apapun di alam,,,,
    mas yofangga teruskan menulis informasi untuk tambahan pengetahuan bagi kita semua,,,,, thanks ya,,,,,, salam lestari,,, 🙂

    1. aaahhh, ya benar, saya lupa menuliskan beberapa perlengkapan yang dibutuhkan dalam penanganan gawat darurat
      webbing bisa sangat membantu, terutama jika ingin membuat tandu darurat
      terimakasih sudah mengingatkan 🙂
      salam lestari..

  15. Hi Mas, seperti tulisannya menarik, tapi sayang saya males bacanya karena hurufnya terlalu kecil, sama heading seperti “persiapan perjalanan” itu digedein biar eye catching 😀

    1. terimakasih masukannya mas 😀
      semoga nanti dapet inspirasi buat baca, soalnya kalo males ya kaga ada obatnya
      mau ngeshare tulisan bermanfaat juga percuma
      hehe

  16. tulisan yg bagus bro, tahun 2005 saya pernah membuat buku infographic untuk pendakian ke TNGP, sebenarnya karya tugas akhir kuliah … bukunya ditujukan untuk pendaki pemula sebagai pelengkap panduan pendakian mereka. cita citanya sih setiap taman nasional di Indonesia ini juga harus sudah punya sistem informasi yg baik buat para pengunjungnya. tujuan nomer satunya yaitu keselamatan pengunjung. sebenernya buku ini pernah saya tawarkan ke pihak TNGP, mereka tertarik. Tapi sayang sekali mereka bilang gak punya dana untuk memproduksinya 🙂
    http://ibeportfolio.blogspot.com/2013/05/informasi-pendakian-taman-nasional_19.html

    1. wiiiihhh, keren mas infographic nya, kuliah di bidang desain kah dulu?
      hhmmm, bukannya gak punya dana mas, tapi mungkin jika memproduksi buku itu bakal buat jatah ngopi mereka berkurang
      hehe 😀

      1. bener tuh mas yofa, masa badan sebesar itu ga ad dana. ada2 aja. Buat mas ibezach kirim aj ke penerbit biar bisa di jual dan berguna untuk umum.
        at least bisa memberi pencerahan dan membantu mengurangi petualang yang minim persiapan. hohhoho

        1. kadang birokrasi yang harusnya membuat segala sesuatu menjadi mudah malah akhirnya mempersulit
          seharusnya dinas terkait tak lagi menganggap remeh informasi yang bisa sangat bermanfaat bagi orang banyak
          salah satu contohnya karya infographic dari mas ibezach

  17. jangan lupa untuk tertib sholat lima waktu bagi yang muslim ketika pendakian, karena kita mendaki untuk menikmati tanda-tanda kebesaran Tuhan 🙂

    1. bener, bagi yang muslim jangan lupa untuk menunaikan kewajiban
      siapkan perlengkapan shalat yang bersih dan dibungkus plastik
      agar tidak basah jika terkena hujan

      1. Saya sukaaa banget sama gunung, secara hampir 20 tahun hidup dikelilingi gunung. Tapi jarang banget naik gunung karna ga banyak kesempatan. Dan iya, Subhanalloh, sholat di gunung dengan pemandangan yang indah itu rasanya luarrrr biasa….

  18. Wah… Makasih banyak banget nih info nya!!! Fondasi buat naik gunung. Jadi ngerasa takut naik gunung kalo ngga ” siap ” hihi

  19. Bener juga brur, ketika digunung semua ego orang kelihatan semua, terkadang Pengen ngorbanin seseorang demi kelangsungan hidup sendiri

    1. bener, karakteristik masing-masing personal akan sangat kelihatan
      itulah makanya berkegiatan alam bebas banyak mengajari kita gimana cara menghargai sesama

    1. Siiiiippppp, kata-katanya sir edmund hillary harusnya bisa lebih dipahami sama para pendaki indonesia yang sampai saat ini masih terobsesi dalam penaklukan gunung
      mau sampai kapan?
      think smart.. it is not about the mountain, but yourselves

  20. Yg aku dengar, eforia org mendaki gunung hanya krn sebuah film yg bbrp waktu lalu sempat booming, yg mana di film ini tdk sdktpun diceritakan atau digambarkan apa2 saja yg perlu di persiapan dan kesulitan yg bakal dihadapi di gunung..Jd penonton pun mengartikannya secara harfiah bahwa tdk ada masalah yg akan dihadapi jika mrk naik gunung.. Yah, semua utk komersialisasi.

    1. benar, kebutuhan film adalah penjualan, jika dia melampirkan kesulitan yang akan dialami, tentu euforia pendakian tak akan seperti sekarang
      penontonnya lah yang diharapkan bisa cerdas dalam menyikapi suatu issu

  21. Maaf mas, untuk korban kedua, JTS, bukan pendaki asal2 dan ‘pelacur’ alam. saya kebetulan kenal dengan ybs.
    tapi saya setuju untuk point ini. cinta alam itu hebat, tapi jangan jadi penjaja cinta alam. rahayu.

    1. saya tak tahu apa track record pendakian ybs, namun apapun alasannya, mendaki sendirian itu sangatlah tidak disarankan, kita takkan pernah tahu apa yang akan terjadi di gunung, pikirkan kemungkinan dan cegah resiko terburuk dengan mempersiapkan segalanya dengan matang, jangan cuma karena ego penaklukan menjadi alasan untuk melupakan safety procedure pendakian

  22. Siiip jempol buat share tulisan yofangga,benar kata mba icha untuk tidak mengatakan mereka tolol,mungkin korban tersebut juga sdh matang dari segala hal namun yg kuasa berkehendak laen lho…ok!! Mantaafp gan

    1. kita tak bisa langsung saja menyalahkan kehendak tuhan, seharusnya para pendaki bisa lebih bijak menilai kemampuan dan tak memaksakan diri, jika badai ya turun, jika capek ya istirahat, jika persiapan kurang, jangan naik gunung

  23. wah oke banget mas tulisannya semoga banyak yg baca hehe
    prepare for the worst deh cuaca di ketinggian emang ga bisa di tebak dan bisa tiap menit berubah

    1. sebaiknya mencari info sebanyak-banyaknya sebelum melakukan pendakian
      cuaca memang tak bisa ditebak, tapi bisa diperkirakan berdasarkan musim
      jangan ambil resiko melakukan pendakian ketika musim hujan

  24. jangan lupa untuk tertib sholat lima waktu bagi yang muslim ketika pendakian, karena kita mendaki untuk menikmati tanda-tanda kebesaran Tuhan 🙂

  25. kalau tadi dengar komentar mbak wedhya wardani membuat saya tersenyum, karena hal serupa telah kami alami tersesat di pendakian rinjani, karena ke egoisan kami, kami lebih memilih memotong bebukitan dan hasilnya kami telah membuang waktu sehari semalam.

  26. mencintai alam ga harus naik gunung kan???!!!1
    artikelnya keren banget mas bisa memberi pencerahan buat orang2 yg terobsesi menahlukkan puncak gunung

    1. mencintai alam tak harus dengan naik gunung
      pun orang yang naik gunung pun belum tentu telah mencintai alam
      banyak juga para pendaki yang tak peduli dengan kebersihan

  27. Ego, adalah dari individu sendiri. Sebagian pendaki ada yang sudah berpengalaman ada yang masih pemula. Dari situ ada pelajaran, betapa hal2 kecil mari jangan dianggap remeh, karena Tuhan lah pemegang nyawa kita saat di alam-Nya.

  28. saya hobi di laut, tapi pertama kali belajar untuk menjadi seorang traveller sejati ya waktu pertama kali naik gunung, sekali duakali banyak merasakan keganjilan di alam sana, tapi dari situlah saya belajar, kalau ketika kita akan melakukan perjalanan entah gunung/laut/kemanapun, yang penting itu niat! iya NIAT kita harus bersih untuk bersilahturahmi dengan alam, jangan ada hal lain yang akan merasuki pikiran dan hati kita yang menjadikan perjalanan anda malah ‘hancur’.

    Ingat bahwa alam itu menjadikan kita lebih banyak belajar bersyukur, mengerti bahwa diatas langit masih ada langit, tidak boleh angkuh, bersabar dan menjaga apa yang sudah di titipkan Nya kepada kita.

    selebihnya itu persiapan yang seperti mas yofangga bilang sudah sangat detail dan memang selalu ada evaluasi di setiap pemberhentian, menandakan kita harus terus belajar bijak.

    terima kasih mas yofangga buat tulisan nya, sangat menginspirasi. *kebetulan saya tetangga dari korban Endang Hidayat yang meninggal di post ke 2 Semeru Mount*

    Salam,

    1. saya juga lebih senang laut, dilahirkan dikota pinggir laut, dibesarkan dengan aroma garam dan anyir jala
      tapi bukan berarti menjadikan gunung sebagai parameter petualangan sejati 🙂
      benar, alam mengajari kita cara menghargai (bagi yang bisa memetik darinya)
      hendaknya kita bisa merasa kecil ditengah luasnya hamparan ilalang ditengah gunung
      bukannya malah sombong karena bisa melewatinya

      saya juga telah kehilangan beberapa rekan karena kegiatan alam bebas
      dua orang direnggut gunung, juga telah merasakan duka
      tapi bukan berarti kita harus hanyut tanpa bisa mengambil hikmah
      kritikan yang tepat bisa membangun jika bisa berlapang dada
      semoga tak ada lagi korban yang meninggal
      “jangan mati dirumah para pendaki”

  29. mas terimakasih atas infonya, ini sangat bermanfaat , kebetulan saya hobby mendaki dan banyak mempunyai kelompok mendaki , semoga tidak ada korban lagi .

  30. Semoga Anda tidak MATI di gunung bro, ntar kalau ente MATI DI GUNUNG, bakal ada yang nulis tulisan kayak gini, terus mengatakan “ANDA TOLOL”, tapi saya yakin Anda sangat menguasi teknik pendakian gunung dan sangat berpengalaman mendaki gunung, tapi hati2 ya, SOMBONG adalah gerbang pertama menuju KEHANCURAN… sharing aja… 🙂

    1. tidak perlu diberikan penekanan dengan huruf besar saya masih bisa membaca comment nya dengan sangat jelas kok mas 🙂
      yah, semoga saja, saya juga tak ada niat untuk mati di rumah para pendaki
      lagian, saya juga tak keberatan kok dibilang tolol
      bukankah dengan ketololan kita bisa introspeksi diri dan terus belajar?
      benar, semoga kita tidak masuk dalam golongan orang-orang sombong
      saya juga masih terus berharap diberikan otak yang melangit, dan hati yang membumi

  31. Sumpah. . Tulisannya ngena banget bang. Bisa mmbawa para pmbaca masuk kedlm alur cerita. Khususnya gw. Hampir smua artikel bang angga gw baca. Terutama yg ulasan tntang pendakian. Karna gw suka gunung.

    Salam traveler bang. .

    1. makasi mbak rossy, call me yofa by the way 🙂
      masih belajar gimana ngasih warna berbeda di setiap tulisan
      mbaknya nulis juga kah?

      salam traveler 🙂

  32. Rossy atau ochy aja. .gag pake mba ya mas. Heehe
    Pengennya sih bisa nulis. Tapi belum. . Mkanya suka baca blog bang angga #upzz..lupa. bang yofa mksudnya. Mohon bimbingannya bang 🙂

    1. siaaap, gak pake mbak 😀
      hehe, nulis aja dulu, ntar inspirasinya bakal datang blakangan
      bimbingan? -__-
      emang skripsi? pake dibimbing sgala, hehe
      aq juga masih belajar
      kita kerja kelompok aja 😀

  33. Sukak artikelnya…
    Aku suka naik gunung, udah 3 kali naik gunung, tapi ya, yg ada tangga nya, bromo sama kelud, hahahahaa…
    yg terakhir ke semeru, tp cuman smp ranu kumbolo, that’s my first..
    aku sempat sesak napas disana padahal ga ada riwayat asma, beruntungnya aku brgkt sm temen2 mapala sm menwa yg udah prepare bgt bawa oxycan, yah, aku tertolong…
    Pelajaran buat yg lain lah, apapun bs terjadi disana, padahal udah prepare mcm2 jg pas itu, tp yah, alam, so mysterious…

    1. hehe, namanya di gunung oksigen menipis, aktivitas berat, jadi wajar aja kaya semacam sesak nafas gitu 🙂
      kalo ada bawaan asma, bisa lebih parah
      yang jelas jangan memaksakan diri
      kalo lelah, langsung istirahat
      gak ada yg larang kok 🙂

  34. itulah kenapa bang, sampai saat ini saya masih belom tertarik mendaki gunung. karena selain persiapan yang matang juga harus siap dengan resiko yang bisa mengancam nyawa.

    pas traveling sendiri saya lebih memilih pergi ke pantai daripada gunung. meskipun sesekali saya pernah mengakses gunung seperti bromo dan tangkuban perahu yang notabene bisa diakses dengan mobil.

    great blogpost, btw!

    1. benar, sangat sepakat
      saya juga seperti itu
      jika persiapan masih belum matang, sebaiknya pikirkan opsi liburan yang lebih minim resiko
      backpacker tak harus ke gunung kok 🙂

  35. Nah, saya sebetulnya ada minat untuk naik gunung. Saya lumayan fit, olahraga teratur, kalo lari 10K gitu gak masalah lah ya. Tapi kalo soal daki-mendaki masih (hampir) nol. Gunung apa yah yang disarankan untuk pemula di Jawa? Terutama yang akses angkutan umum gak susah. Terus wajibkah guide dan semacamnya? Makasih 🙂

    1. untuk latihan fisik, usahakan jangan hanya lari
      tapi juga latihan beban, karena medan di gunung tak selamanya landai dan kita naik membawa beban
      kalo untuk awal nyoba, yang paling bagus ada gunung gede (keseluruhan landai dan fasilitas memadai)
      transport juga ada angkutan umum, kalo dulu sih tidak perlu guide, tapi kalau untuk peraturan sekarang saya gak update lagi
      🙂

  36. Informatif .. Sangat sangat informatif dan sebenarx tersinggung sekaligus tersadar, hehehheh.. Kadang rasa u/ menikmati keindahan gunung it bwt kita lupa akn hal” basic yg hrs kita tau ttg management perjalanan. Keren bang yofa .. Salam bwt org malang 🙂

    1. terimakasih apresiasinya 🙂
      jangan sampai karena ego pribadi kita jadi melupakan safety procedure
      salam juga buat km dan orang-orang disekelilingmu 😀

    1. haha, bener mbak velyz
      yaaahh, cuma sekedar masukan dari orang yang gak terlalu intens naik gunung
      semoga bisa diterima dengan dewasa oleh para pendaki 🙂

  37. jadi ingat mandalawangi, bulan agustus 2010 sebelum jadi robot kantoran.

    persiapan paling penting adalah fisik. tidak hanya untuk naik… turun gunung pun perlu fisik yang kuat.

    dan jangan telat turun gunung. malam mencekam euy

    1. haha, benar mas
      turun gunung juga gak bisa diremehkan, terkadang juga bisa lebih berat dari naiknya
      soalnya kaki terus menerus menahan beban tubuh
      siaapp, benar sekali, jangan sampai telat turun, malam bukan kawan yang baik dalam melakukan perjalanan

  38. Sweetest information…
    Kereenn..
    Hampiirr juga bang saya masuk glongan pndaki tolol..hhahahaha
    Wktu itu naik rnjani, 7 org modal niat aja…perlengkpan smuanyaa disapin pas tiba di mataram…
    Hahahahahah
    Kawan kawan mpl di mataram juga baikk mau ngawal kami mendaki..
    Cumann baiknya kawan kwan mpl sluruh indonesia perlu memberitahukan stdaktdaknya prosedur prosedur yang di atas..biaar saya sbge pendaki tolol, bisa jadi pendaki yang sdkittt meningkatt dari kata tolol…bodohh mungkin..hhahahahahaa
    Kereenn bangaa..
    Kmrin di sulsel juga ada yng meninggal di gunung gandang mamasa… slaahnya pengen coba buka jalur,, ksanya malah ksasar, khbsan logistik, cuma bisa susur sungai,, survival 1 minggu tidak makan..miriissss..

    1. hehe, belajar dari pengalaman, bukankah dia guru terbaik?
      ini membuktikan bahwa naik gunung tak cukup hanya dengan modal niat
      nyawa itu harga yang terlalu mahal jika cuma ditukar dengan mati di gunung
      tak usah sungkan, para mapala juga siap membantu jika memang dibutuhkan
      asal tak lagi ada korban, itu sudah cukup kok buat kami

  39. suka sama tulisannya, infonya sangat bermanfaat, terima kasih..saya baru belajar naik gunung. Saat sebelum melakukan pendakian pertama saya, teman dekat yang sudah sering naik gunung meminta saya untuk melengkapi perlengkapan standar naik gunung. Teman saya bilang keselamatan harus diutamakan dan ada dua hal yang tidak boleh ditinggal di gunung, yaitu nyawa dan sampah.

  40. Wah rame yah artikelnya banyak yg COMENT, banyak yg bilang Artikelnya bagus dan kata-kata lain yang memuji.!!

    Tapi sesungguhnya artikel tentang Persiapan atau manajemen pendakian itu banyak sekali di internet.
    Jadi saya rasa artikel ini biasa saja !
    (Maaf bukan ingin meremehkan atau menyudutkan penulis, ini hanya sebuah komentar, sama seperti hal nya anda sebagai penulis yg panas akan ada nya berita kematian di gunung dan akhirnya menulis artikel ini, sama dengan saya yg berkomentar karena panas melihat artikel ini)

    Ada beberapa tulisan anda yang mengganggu Mata, pemikiran dan hati saya!

    Salah satunya adalah tulisan :
    “Para pendaki anyaran kini seperti pelacur yang menjajakan dan melelang tubuh mereka kepada setiap gunung di Indonesia. Semua cuma demi eksistensi diri. Menjadi selebriti dadakan setelah mengupload foto di jejaring sosial atau situs pribadi yang sebagian besar masih numpang portal gratisan.”

    1. Anda tau apa arti pelacur?? (anda menganggap bahwa seorang Pendaki anyaran seperti pelacur? atas dasar apa anda menyebut pendaki anyaran itu seperti pelacur?)

    2. Anda tidak sadar bahwa tulisan anda tentang “demi eksistensi diri. Menjadi selebriti dadakan setelah mengupload foto di jejaring sosial atau situs pribadi yang sebagian besar masih numpang portal gratisan.” adalah cerminan anda dahulu dan saat ini?

    —–||—–||—–||—–||—–||—–

    Saya juga terganggu dengan tulisan anda yang mengatakan :
    “Sebagian besar korban kecelakaan di gunung yang disebutkan diatas terjadi karena para pendaki tolol cenderung meremehkan, tidak mengikuti prosedur, tersesat karena tidak melewati jalur resmi, tidak melapor/mengurus Simaksi, melanggar peraturan, tidak membekali diri dengan pengetahuan dasar pendakian, tidak membawa logistik yang memadai, dan terakhir tidak mengikuti ritme pendakian atau aklimatisasi”

    1. anda menyebut tolol pada seseorang yg sudah meninggal dan kebetulan mereka itu meninggal di gunung (Masalahnya bagaimana jika ada teman anda yg meninggal di gunung lalu orang membuat artikel dengan kata-kata kasar menyalahkan teman anda yg sudah meninggal itu??)

    2. Kematian itu takdir TUHAN, tak ada yg tau kapan dan dimana kemudian sedang apa? (waspada itu perlu, meminimalisir kecelakaan di hutan itu perlu, tpi jika takdir yg sudah berbicara anda bisa berbuat apa??)

    ________________________________________________________

    1. banyaknya comment tak harus diidentikkan dengan kualitas tulisan. saya tak pernah mengklaim bahwa artikel yang saya tulis ini istimewa, jika ingin mencarinya dengan lebih teliti, akan banyak sekali beredaran di internet tata cara atau tips mempersiapkan sebuah pendakian . namun kembali lagi ke esensi sebuah comment, yaitu bentuk respon dari para pembaca. jika pembaca senang dan mendapat manfaat, maka akan memberikan respon positif, namun jika pembaca telah merasa sangat tahu dan merasa tulisan saya tak bermanfaat, maka comment seperti anda lah yang akan ditulis. tapi jangan khawatir, saya menghargai segala bentuk masukan. toh dari gaya berkomentar kita bisa menilai isi kepala

      1. Tentu saya mengetahui arti kata tersebut, dalam sastra, sangat banyak makna yang bisa diberikan hanya pada sebuah kata “lacur”. bahkan dalam Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia terbitan Pusat Bahasa, sedikitnya ada 30 buah sinonim sebagai pengganti kata lacur. saya menyebut pendaki anyaran sebagai seorang pelacur karena tidak adanya persiapan yang matang dalam pendakian gunung, namun tetap nekat mendaki. mereka menjajakan dan merelakan tubuhnya dibeli gunung dengan harga murah sampai kepada harga yang sangat mahal (nyawa) hanya untuk eksistensi diri.

      2. Jangan melakukan quote mining, premis kedua ditujukan untuk mendukung premis sebelumnya. objek yang kita bahas disini adalah para pendaki yang tak memiliki persiapan. namun jika tuduhan eksistensi ditujukan kepada saya, well, pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin diperhatikan. kebutuhan akan perhatian menjadi salah satu kebutuhan yang dominan dalam masyarakat sosial. namun paling tidak, eksislah dengan cara yang sedikit lebih cerdas dan bermanfaat. bukan hanya dengan memberikan nyawa sia-sia dalam pendakian yang tak siap. saya menulis juga salah satu bentuk pencarian perhatian, namun paling tidak menulis informasi jauh lebih bermanfaat. (anyway, website saya berbayar lho mas, hehe)

      3. Tak usah diingatkan, saya sudah pernah merasakannya. dua teman saya meninggal pada saat pendakian cartenz pyramid. jangankan orang lain, saya sendiri pun akan bilang kalau mereka melakukan sebuah ketololan, ketidak disiplinan akan waktu membuat mereka terjebak badai dan meregang nyawa dalam timbunan es. bagiku benar adalah benar, salah adalah salah, mati saat di gunung adalah kebodohan. jadi ya sah-sah saja jika ada orang bilang teman atau keluarga saya tolol jika mati karena kesalahan mereka sendiri.

      4. Jangan bawa-bawa tuhan dan takdir disini, itu adalah bagian dari kepercayaan anda. berfikirlah secara dewasa dan ambil hikmah dari sebuah kejadian. jadi untuk point ini tak ada yang perlu saya komentari

      terimakasih banyak telah mampir, membaca dan bersedia menulis komen yang sebegitu panjang 😀
      I appreciate that
      jangan kapok mampir ya mas
      nb: lain kali kalo mau komen pake nama dan email asli donk, biar kelihatan sedikit lebih jantan 🙂

  41. Nice artikel….saya juga pemula sbg pemula saya tdk detil memperhatikan apa saja yg seharusnya dilakukan…
    Tetapi krn saya sadar sy pemula maka saya ikut naik gunung pun bersama kelompok yg sdh paham benar dg alam, jd ketika saya lelah yach istirahat, benar kata2 “gunungnya ga kemana mana” jadi nanjaknya dibuat santai…krn bagi saya letaknya adalah di perjalanannya….selama perjalanan menikmati alam…puncak itu bonus 🙂

    1. jangan pernah merasa cukup dan pintar, selalu introspeksi diri sendiri dan teruslah belajar
      menyadari keterbatasan saat awal adalah tindakan yang sangat bijak, sehingga bisa kita cari penyelesaiannya
      benar mbak, inti dari sebuah perjalanan terletak pada prosesnya, bukan tujuan akhir 🙂

  42. Tapi setidaknya janganlah memberikan predikat tolol kepada mereka yang terkena musibah di gunung. Bukankah lebih baik berempati kepada korban-korban tersebut karena mereka justru telah memperingatkan kita untuk selalu lebih waspada? Tidak ada orang yang mau mati di gunung.Tidak ada orang yang benar-benar sengaja melawan alam hanya untuk sebuah eksistensi diri. Itu sebuah musibah, kita tak kan pernah tau kapan kita akan tersandung karena ada kalanya mata kita berkedip.
    Memberikan predikat tolol kepada mereka yang tak mampu survive sampai akhirnya meninggal di gunung hanya untuk sedikit menulis ulasan tentang perencanaan perjalanan adalah cara paling buruk untuk menunjukkan eksistensi dalam sebuah kehidupan.

    1. yang saya berikan predikat tolol disini adalah para pendaki yang cenderung meremehkan dan tidak mengikuti prosedur pendakian sehingga mengalami musibah, bukan para korban yang telah mengalami musibah. ada saatnya berempati, ada saatnya kita mencegah kondisi demikian terjadi. saya sepakat dengan kalimat “kita tak kan pernah tau kapan kita akan tersandung karena ada kalanya mata kita berkedip”, tapi alangkah lebih bijak jika sebelumnya kita mengerti lokasi hingga akhirnya bisa lebih berhati-hati. pemilihan kata yang bagus mas, cara menasehati yang berisi. semoga saya cepat mendekati fase kedewasaan seperti itu, hingga akhirnya bisa mempertimbangkan aksara pada tulisan selanjutnya. terimakasih

  43. “Sebagian besar korban kecelakaan di gunung yang disebutkan diatas terjadi karena para pendaki tolol”. Nah, kalimat yang saya petik itu yang membuat saya sedikit risau.
    Terkadang penyampaian niat baik jika diiringi rasa geram akan mengurangi manfaat dari niat baik tersebut. Ibarat seorang pengendara yang marah-marah di jalan karena hampir menabrak pengendara lainnya yang melanggar lalu-lintas, maksudnya memberi nasehat tapi karena disertai amarah maka jadilah sebuah keributan.
    Saya sedikit memberikan kritik terhadap apa yang bung yofa tulis karena saya suka dengan muatan pesan yang bung yofa sampaikan. Hanya karena karakter masyarakat kita yang agak keras, ada baiknya kita mengurangi kata-kata yang agak sensitif.
    Tetap lah terus berkarya, semoga dapat membantu terbentuknya pola pikir masyarakat agar menjadi lebih baik. Salam.

  44. halo mas, salam kenal, artikel yang sangat menarik, karena kebetulan saya juga mountaineer amatir, dan juga perintis salah satu mapala di salah satu sekolah tinggi di Yogyakarta (tapi jangan cap mapala = mendaki gunung ya hehehe. Saya setuju jika pendakian memerlukan persiapan matang, bagaimanapun juga “mountaineering” adalah suatu keilmuan, tidak hanya melulu soal mendaki atau tidak segampang menapakkan kaki. Langkah pun ada aturan, entah itu ritme ataupun ritme nafas. pointnya adalah setiap kecelakaan di gunung pasti bisa diantisipasi sebelumnya,saya kurang setuju jika semuanya ditimpakan kepada takdir, seperti beberapa coment diatas. Manusia diberi hak “berencana” walaupun Tuhan yang menentukan, maka itu muncul beragam ilmu, termasuk mountaineering.

    Saat ini intensitas mendaki saya bisa sampai 2 kali dalam sebulan di ketinggian lebih dari 3000mdpl dan durasi pendakian 3-6 hari, bagaimana jika saya lakukan tanpa perencanaan?? . Maka saya sangat setuju dengan anda jika pendakian bukan dilakukan dengan asal-asalan, karena kita harusnya sadar, pendaki sedikit atau banyak juga mempunyai andil dalam kerusakan lingkungan. bagaimana mau melestarikan jika untuk diri sendiri saja tidak ada pemahaman.

    Maaf kalau muter muter, intinya Mountaineering tidak hanya soal pendakian tapi juga beragam aspek termasuk sosiologis, antropologis, psikologis dsb. Jadi, saya harap setiap orang yang mendaki hendaknya berbekal pengetahuan, agar ketika kita menikmati alam, kita juga berbuat sesuatu untuk alam, terutama kelestarian, sehingga tidak membiarkan alam menanggung kerusakan atas kesenangan kita. Contoh sederhana, saya yakin banyak pendaki yang tidak tahu cara buang air besar yang tidak mengganggu ekosistem di gunung. Lihat saja semeru, lama lama tanjakan cinta berubah menjadi tanjakan tinja, apalagi soal prosedur keamanan.

    Terima Kasih. Lestari! untuk kehidupan yang lebih Lestari!

    Dan untuk yang meninggal digunung semoga diberi tempat terbaik disisi-Nya. Amiin.

    1. salam kenal juga dari malang mas 🙂
      benar sekali, mapala tak hanya sekedar pendaki gunung, saya pun spesialisasinya di rock climbing
      mountaineering adalah ilmu yang kompleks, banyak hal yang harus dan bisa dipelajari dalam sebuah pendakian
      mungkin karena begitu kompleksnya, hingga banyak orang yang mengambil jalan pintas
      dan langsung mendaki tanpa persiapan
      sebuah pola pikir yang harus dibenahi agar tak lagi ada korban
      terimakasih sudah mampir mas
      salam lestari

  45. Terima kasih kawan, informasi ini akan membuat para calon pendaki tangguh untuk lebih fokus dalam persiapan. Bukan nekad yang di kedepankan hanya demi satu “AMBISI” yaitu “MENAKLUKAN”.
    Semoga tidak ada lagi kawan’s yang menjadi daftar “EVAKUASI” tim SAR.

    Salam’s Lestari

  46. Wow keren mas.

    Btw, ada kasus seperti ini. Istri saya and team nya pernah mendaki gunung ke puncak lawu lewat rute candi ceto. Dia pakai guide, kebetulan guide nya adalah kuncen candi ceto. Istri saya lengkap perbekalan nya, tapi si kuncen hanya berbekal sekantung plastik ‘marning’ saja.

    Ditengah jalan istri saya berkemah karena sudah malam, makan perbekalan. Tapi ternyata perbekalan nya kurang cukup memenuhi kebutuhan kalori tubuh. Akhirnya meeeka disarankan makan marning dari guide tersebut.

    Apa ada penjelasan mengenai marning si guide ga? Menurut analisa mas. Karena pengalaman ini cukup buat saya kagum akan si guide yang biaa bertahan hanya pakai marning saja (mungkin dia bawa cukup air juga, selain marning)

    1. banyak faktor mas, yang pertama si guide sudah terbiasa dengan gunung lawu, daya tahan tubuhnya juga lebih kuat
      yang kedua, untuk marning jagung, kandungan gizinya juga bagus, antara lain karbohidrat, lemak dan protein yang dapat diproses untuk menghasilkan energi dan panas tubuh.
      memang ada beberapa makanan yang sepertinya terlihat sepele namun banyak memiliki manfaat
      nah makanan inilah yang biasanya dibawa pendaki sebagai back-up makanan untuk survival 🙂

  47. Kita tidak mempercepat kematian dengan naik gunung.
    Kita tidak memperlambat kematian dengan tidak naik gunung.

    Tulisan anda bagus.terpelajar.mohon bimbingannya.

    1. Benar kita takkan pernah bisa mempercepat ataupun memperlambat
      setiap hari kita membuka peluang untuk datangnya kematian,
      namun mempersiapkan diri dimanapun adalah keharusan
      🙂

  48. Tgl 10 sep kmren saya bersama team ke gunung lawu via cemoro kandang, ini merupakan pendakian pertama saya setelah 15th yg lalu ke gunung ungaran,,,, bulan oktober nanti rencana akan ke merbabu,,, kasih tips dong mas jenis makanan apa saja yg bisa utk membuat tubuh tahan dingin….oh ya artikel ini sangat bermanfaat buat saya lho

  49. nice info bang. memang akhir2 ini banyak pendaki kagetan, kebanyakan karena terpengaruh film. Seharus nya kita mendaki gunung itu bukan untuk berani mati, tapi untuk mensyukuri hidup. Thanks bro atas tips2nya.

  50. kesalahanku saat mendaki gunung adalah kurang mengindahkan perbekalan sesuai standar dan kebutuhan, alhasil agak kekurangan air, selain itu juga ritme pendakian yang belum teratur dan cenderung ingin cepat sampai saja (ini kujadikan pelajaran berharga seumur hidup), trims infonya : )

  51. Artikel good … Mantap jiwa 2014 sampe 2017 masih eksis. . Mantap ,terbukti lah artikel penuh ilmu mah … Lanjutkan kang….

Leave a Reply